Senin, 23 Desember 2013

Mengenang Masa Kecil di Ocean Dream Samudra

Saat saya masih kecil, Ocean Dream Samudra dikenal dengan nama Gelanggang Samudra dan tempat ini adalah tempat favorit saya saat libur.

Pada tanggal 15 Des 2013 saya dan tim mengunjungi tempat ini dalam rangka outing sekalian merayakan ultah saya....atau sebaliknya, merayakan ultah sambil outing.... Sama saja deh, yang penting jalan-jalan hi..hi..hi..

Kami beruntung mendapatkan tiket promo hanya Rp 60.000 (harga normal Rp 120.000) dengan membeli di Groupon (disdus), situs penjualan voucher yang kebetulan sedang menjual voucher promo ini.

Keberuntungan kedua, kami juga hanya mengeluarkan dana Rp 7.500 per orang untuk tiket masuk Ancol (harga normal Rp 15.000). Caranya?
Kami membeli tiket masuk Ancol di restaurant Bandar Djakarta Ancol. Jadi, bagi pengunjung yang makan di Bandar Djakarta dapat membeli tiket masuk khusus Ancol dengan harga Rp 7.500 per orang.

Karena kami hendak makan disana pada hari yang sama saat kunjungan ke Ocean Dream Samudra dan jumlah kami mencapai 65 orang (dewasa dan anak-anak), maka kami menunjuk perwakilan untuk mengambil karcisnya sebelum hari H...tentunya setelah kami membayar uang muka pemesanan makanannya.

Kami memulai acara dengan makan di Bandar Djakarta dan untuk sebagian rombongan yang datang lebih awal, sebelum makan menyempatkan berjalan-jaIan menelusuri pinggir pantai dekat Bandar Djakarta sampai ke lokasi Dermaga Hati.

Mengapa disebut Dermaga Hati?
Karena bentuk dermaganya seperti hati (andai bisa melihatnya dari atas dengan helikopter...) dan tentunya karena disini sering dijadikan lokasi foto prewedding atau sekedar berfoto dan menjadikan momen cinta beberapa pasangan. Disini terdapat banyak gembok-gembok tanda cinta yang dipasang oleh beberapa pasangan.

Klik link ini, untuk melihat foto Dermaga Hati yang diambil dari udara dan juga tempat-tempat lainnya di dunia yang juga punya tempat memasang gembok cinta: Rusia, Jerman, Jepang dan Korea.

Setelah berfoto-foto di pantai, kami bergegas ke Bandar Djakarta untuk makan siang, lalu sekitar jam 1 siang kami berjalan ke Ocean Dream Samudra yang letaknya sekitar 200-300 m dari Bandar Djakarta.


OCEAN DREAM SAMUDRA
Sebelum masuk ke dalam kami berfoto-foto dulu di depan pintu masuk, lalu kami menukar kupon Groupon dengan tiket masuk di bagian informasi. Kami pun langsung bergegas kedalam untuk menonton atraksi dari para binatang yang pandai dan lucu ini.
Kami mulai dari pertunjukan Singa Laut pk.13.30, Lumba-lumba pk.14.15, Pentas Aneka Satwa pk.14.45, Scorpion 15.15, Underwater Show 15.30 dan terakhir 4D Spongbob pk.16.00.
Pertunjukannya singkat-singkat tapi menghibur....saya paling suka atraksi binatang, berikut foto dan cuplikan ceritanya.

Singa Laut
Binatang hitam yang rupanya seperti ikan bercampur singa ini, ternyata lucu dan pandai. Mereka bisa diajari berjoget, main bola sundul, melompat masuk ke lingkaran yang cukup kecil untuk ukuran badannya, dan juga berhitung. Mereka bisa berhitung sampai hasil perhitungan 20......jadi adik-adik, jangan mau kalah yah....yang dewasa juga, jangan sampai lama berhitungnya karena keseringan pakai kalkulator...hi...hi...
Singa lautnya ada 3 dan yang cewe centil....dia minta di-kissing oleh kakak pelatihnya.

Lumba-lumba
Di wahana ini dilengkapi dengan televisi lebar yang selama pertunjukan digunakan untuk menampilkan informasi tambahan atau menampilkan gambar yan diperbesar dari lumba-lumba yang sedang beraksi.... tapi sebelum pertunjukan layar lebar ini menampilkan adegan-adegan lucu dari pengunjung yang sedang duduk siap menonton pertunjukan...ada yang di-shoot saat bermesraan pula.
Tibalah atraksi sang lumba-lumba, mereka ada 4, dipandu oleh para pelatihnya.
Si ikan gendut mulus tanpa sisik ini, mampu mengangkat badannya/berdiri bahkan berjalan di atas air dengan bertumpu pada ekornya sambil berjoget ria.
Merekapun kompak menampilkan atraksi akrobat..berlompatan saling silang....atraksi yang sempurna!
Satu dari mereka juga membuat saya takjub karena bisa meliuk-liukan badannya demi untuk menangkap bola yang dilempar tinggi.
Satu lagi kemampuan mereka, berhitung! Sama score nya dengan singa laut, bisa berhitung sampai hasil hitungan 20.

Aneka Satwa
Pertunjukan dibuka oleh beruang madu yang bernama sumiati....dia bermain gitar, naik sepeda, dan berolahraga dengan gerakan push up...mau langsing katanya.
Lalu dilanjutkan oleh penampilan 2 ekor linsang yang main basket, menggerek bendera, beratraksi memilih sampah untuk diletakkan di kotak sampah basah dan kering....aneh juga sih, mereka bisa ngerti. Saat mau main bola, mereka juga mengerti bolanya yang mana, dia mengambil sendiri bolanya.
Atraksi dilanjutkan oleh atraksi burung yang berwarna keren seperti di cat warna warni cerah...tapi ini asli! Mereka memulai atraksi dengan membuka papan tulisan bertulis "Lindungilah kami"....keren! Lalu mereka beratraksi memasukkan gelang ke tiang yang berwarna sama.
Atraksi ditutup dengan si bulat besar....KUDA NIL...kerjanya cuma makan doang sih..., kagak ngapa-ngapain lagi....tapi seru aja lihat dia makan...langsung telan!

Scorpion Pirates Water Stuntman
Atraksi laga yang seluruhnya dimainkan oleh orang-orang terlatih layaknya stuntman film laga. Atraksi diwarnai oleh kejar-kejaran menggunakan speedboat, dentuman tembakan buatan, atraksi berantam dan flying fox.
Tidak disarankan untuk ditonton bagi yang suka kagetan.

Underwater Show
Atraksi variatif ini melibatkan orang yang berperan sebagai putri duyung dan penyelam, serta lumba-lumba. Mereka menampilkan suatu cerita yang ditampilkan dalam aquarium besar ditambah pencahayaan yang canggih dan tentunya full ac seperti nonton bioskop.
Di akhir pertunjukan kita bisa berfoto dengan putri duyung yang berada di dalam aquarium besar ini.

4D Cinema
Cukup seru karena bangkunya bisa bergoncang-goncang kecil, ditambah adanya cipratan air....tapi sayangnya goyangan bangkunya yang cuma maju mundur sering tidak pas dengan ceritanya. Tapi tidak apa-apa deh...kami sudah dibuat adem dengan pendingin ruangan dan cipratan airnya setelah sebelumnya kami berpanas-panas ria.

Acara selesai dan kami tutup dengan menghabiskan rujak yang sudah disiapkan oleh 2 rekan kami....makannya langsung comot dan colek dari kotak plastik ukuran raksaksa! .....dan tentunya setiap potongan rujak dikunyah dan dinikmati....tidak langsung kami telan seperti si kuda nil di aneka satwa yang langsung menelan makanannya, hi..hi..hi..

Oleh Kumala Sukasari Budiyanto

Rabu, 13 November 2013

Hello, Kaohsiung!

Aku mengunjungi Taiwan pada akhir bulan Januari 2013 lalu dan aku fokuskan di 2 kota yaitu Taipei dan Kaohsiung. Cerita perjalananku tentang Taipei dapat dibaca di artikel sebelumnya "Wisata 5 in 1 at Taipei", dan pada artikel ini aku akan bercerita tentang wisata di kota Kaohsiung yang belum sempat kubahas di artikel sebelumnya.

Kaohsiung adalah salah satu kota di Taiwan yang letaknya di sebelah selatan kepulauan Taiwan. Kota ini adalah kota dengan luas terbesar dan kedua terpadat di Taiwan. Aku berkesempatan mengunjungi kota ini dalam rangkaian trip Jakarta-Singapore-Taipei-Kaohsiung-Taipei-Singapore-Jakarta.
Dari Jakarta ke Singapore kami naik Valueair dan dari Singapore ke Taipei kami naik Jetstar. Valueair dan Jetstar adalah satu grup jadi bagasi kami bisa langsung ditransfer saat transit di Singapore. Saat berangkat kami tidak perlu repot menitipkan bagasi di Changi Airport dan langsung bisa jalan-jalan keliling Singapore memanfaatkan waktu transit yang sengaja aku pilih cukup lama (saat pulang dari Taipei kami baru menginap semalam di  Singapore) sebelum tengah malamnya kami naik pesawat ke Taipei. Di Changi Airport kami sempatkan makan dan mandi di Rain Forest Transit Lounge di lantai 3 terminal 1 lumayan menyegarkan, biayanya sekitar S$ 20 an.

Aku ke Kaohsiung setelah beberapa hari berwisata di Taipei yang cerita perjalanannya aku tulis di artikel sebelumnya. Wisata ke Kaohsiung aku lakukan one day trip, aku berangkat dari Taipei menggunakan kereta cepat sejenis shinkansen yaitu THSR (Taiwan High Speed Train) yang berkecepatan maksimum 300 km/jam, ada 2 jenis kereta, pertama yang berhenti di 6 station dan yang kedua hanya berhenti di 3 station, bedanya waktu tempuhnya 2 jam dan 1.5 jam.
Aku memilih kereta yang 1.5 jam, harga kereta yang waktu tempuhnya 2 jam sama dengan yang 1.5 jam, yang membedakan harga adalah jarak dan jenis kelas.
Tiket dapat dipesan dan dibayar via web THSR, lalu karcis ditukar di station. Aku menukarnya di Taipei Main Station beberapa hari sebelum keberangkatan dengan membawa print out konfirmasi pembelian yang kita terima via email dan passport. Pemesanan tiket lebih awal lebih memungkinkan kita mendapatkan diskon jika sedang ada diskon. 
Jika mau membeli langsung di station juga bisa, kereta cukup banyak...asalkan tidak di musim liburan dan hari dimana para pekerja dari daerah pulang pergi ke Taipei (jumat s.d. minggu).
Ada 2 kelas, standar dan bisnis. Aku mencoba keduanya, berangkat dengan kereta standard dan pulang dengan kereta bisnis. Harga kelas standar T$1.190 dan bisnis T$1.950, jadi berbeda T$760 atau sekitar Rp 270 ribu dengan kurs saat itu.
Apa bedanya fasilitasnya...
Kelas bisnis gerbongnya di tengah, mungkin menurut mereka disini lebih aman jika terjadi kecelakaan (tapi ini hanya tebakan saya saja loh...). Bangkunya lebih lega, berwarna merah mahroon, kita juga mendapat makanan kecil dan minuman. Jika di kelas standard kita bisa membeli makanan dan minuman di mesin otomatis, suasana di kelas standar juga sudah sangat nyaman tapi tentunya di kelas bisnis lebih nyaman lagi. Tapi sayangnya buat adikku kelas bisnis katanya sama saja, karena saat perjalanan pulang dimana kami memilih kelas bisnis, dia tidur, maag-nya kambuh, akibat makan bakmi saat sudah lapar dan dia kagak kuat dengan perubahan cuaca drastis.

Yah, saat ke Kaohsiung kami asli salah kostum karena salah tebak cuaca. Di Taipei cuaca masih dingin sampai kami pakai long john. Saat pagi-pagi buta kami berangkat dari Taipei menuju Kaohsiung juga sama, jadilah kami membawa persenjataan jaket tebal...... Tapi saat tiba di Kaohsiung terasa adem saja dan malah siangnya panas terik sampai membuat keringatan...kagak sangka beda suhunya jauh banget.

Jalan-jalan di Kaohsiung kami juga menggunakan jasa tour lokal yang kami pesan dari internet jauh-jauh hari sebelum berangkat seperti yang kuceritakan di artikel tentang Taipei www.taiwantourbus.com. Uang muka pembayaran tour menggunakan paypal dan pelunasannya tunai melalui tour guide-nya.
Taiwan tour bus adalah group tour jadi seharusnya 1 mobil wagon di-sharing dengan peserta lain, tapi saat kami pergi baik di Taipei maupun Kaohsiung, pesertanya hanya kami berdua saja karena sedang low season, jadilah kami seperti private tour. Tapi dibilang low season juga tidak juga, karena saat di Taipei aku banyak menemui bus-bus besar yang isinya turis China....yah, sepertinya hanya sedang low season dengan turis-turis dengan bahasa pengantar bahasa inggris.
Namun di Kaohsiung rasanya aku tidak menemui turis, mungkin ada dalam kelompok-kelompok kecil jadi tidak nampak di pandangan mataku.

Seperti di Taipei, tour guide kami adalah pensiunan. Di Taiwan, para pensiunan yang sebelumnya bekerja di kantor dan bahasa inggrisnya baik, beralih menjadi tour guide dan sebelum jadi tour guide mereka harus ikut test dulu.

Aku dijemput di Zouying Station oleh Mr. Richard, tour guide kami. Dia langsung bercerita kalau di rumahnya ada pekerja TKI yang merawat mamanya, nama panggilannya Entin! Ini bukan nama sebenarnya tapi nama pemberian mereka supaya mudah disebut. Kami ditawarkan untuk mampir ke halaman parkir apartemennya yang tidak jauh dari station karena katanya si Entin mau ketemu waktu mendengar majikannya akan dapat tamu dari Indonesia.

Entin ternyata jago bicara dalam bahasa mandarin, aku kalah telak! Dia belajar selama kerja di Taiwan, saat datang dia tidak bisa sama sekali katanya.
Kami sempat ngobrol dengan Entin dengan logat jawa-nya yang kental...sepertinya dia kangen kampung halamannya. Diapun bilang sekarang dia senang kerja disana, majikannya juga baik, walau awalnya pertama datang ke Kaoshiung sempat nangis karena merasa takut.

TKI banyak di kota ini, jadi orang Indo yang datang kesana untuk wisata cukup membuat heran orang-orang yang saya temui di Kaohsiung (kalau di Taipei tidak), apalagi melihatku bisa bicara bahasa inggris (walau kagak lancar-lancar amat) buat mereka suatu keajaiban.....yah, mungkin disana orang kita baru terkenalnya sebagai TKI.

Selama di Kaohsiung kami mengunjungi beberapa tempat wisata yaitu:

Lotus Pond
Lokasi danau ini adalah tempat wisata utama kota Kaoshiung, disini terdapat Spring & Summer Pavilion, Confusious Temple dan tentunya Dragon & Tiger Pagoda yang merupakan pagoda kembar, bertingkat tujuh dengan dua pintu masuknya yang berbentuk Dragon dan Tiger.
Jika masuk kesini, masuklah dari pintu Dragon dan keluar dari pintu Tiger, begitulah kepercayaannya supaya memulihkan keberuntungan.
Lokasi disini menurut saya cukup fotogenik untuk berfoto dan danaunya indah dipandang.

Belajar Membuat Kue Catur
Dalam rangkaian tour ini, kami diajak ke toko kue Joy Well yang tidak jauh dari lokasi Lotus Pond dan diajarkan membuat kue....hanya belajar mencetak kue catur tapi ternyata tidak mudah untuk membuat hasil cetakan yang bagus, harus dipulung beberapa kali dan kalau kita memulungnya dengan hati hasil cetakan kuenya lebih ok....saya sudah mencobanya.
Kue catur ini bahannya seperti "kue satu" tapi bentuknya dibuat melambangkan buah catur dengan tulisan mandarin, ada yang artinya raja, menteri, kuda, benteng, kuncung dan pion, diatas kuenya. Kita bisa main catur dengan kue ini, jadi jika saat salah satu buah catur tersebut kalah/ dimatikan oleh lawan, kue caturnya bisa dimakan beneran oleh lawannya.
Selain menjual kue catur, toko ini juga menjual kue-kue jenis lainnya, terutama pie nanas, salah satu kue khas Taiwan.
Saat di toko kue ini, tidak sengaja sedang ada acara arak-arakan yang diadakan oleh temple yang berlokasi dekat toko ini, jadi kami sempat menontonnya dari lantai atas toko kue ini.

Beef Noodle
Kami mencoba beef noodle di rumah makan kecil tapi ramai dengan penduduk lokal dan disinilah aku bisa berkomunikasi dengan penduduk lokal dan tentunya diterjemahkan oleh tour guide kami karena aku tidak bisa bahasa mandarin dan adikku kurang lancar bahasa mandarinnya.
Beef noodle-nya cukup enak tapi kental sekali kaldunya, porsinya juga besar.

Fo Guan Shan 
Tour guide kami mengajak adik dan keponakannya saat pergi kesini tentunya setelah bertanya kepada kami...yah daripada sepi juga dan harusnya tour ini juga group tour bukan private jadi kami menyambut gembira tawarannya. Adik dan keponakannya ini ingin sekalian berdoa disana dan kata tour guide kami biar keponakannya juga latihan bicara bahasa inggris dengan kami.
Fo Guan Shan adalah biara terbesar di Taiwan, sangat luas...100 ha dan cukup megah. Pembangunannya bertahap dan biara ini baru dibuka untuk umum sejak tahun 2011. Pengunjung umumnya datang ke tempat ini untuk berdoa. Pasangan pengantin yang pemberkatan nikah disini juga banyak, plus mereka membuat foto wedding dengan pemandangan biara yang cantik ini terutama pemandangan di depan 8 pagoda dan big Budha.
Bagi yang ingin meminta petunjuk atau jawaban dari Budha juga bisa dilakukan disini dengan mengambil satu kertas yang di dalamnya ada kata-kata lalu bisa berkonsultasi dengan para bihku dan bikhuni yang ramah di tempat ini.
Tour guide-ku juga menawarkan aku ikut mengambil salah satu kertas yang berisi kata-kata tapi aku bilang "tidak mau ahh....aku punya cara lain untuk berdoa" sambil aku tersenyum. Akupun menjelaskan kalau aku beragama Kristen dan tour guide kami bingung...kenapa tertarik kesini...aku katakan kalau aku suka mengeksplorasi sesuatu yang menjadi ciri khas negara lain, apalagi biara ini adalah biara terbesar dan terbagus yang pernah kudengar dan satu-satunya yang terbuka untuk umum.
Oh ya, disini, setiap periodikal setiap harinya ada undian, jadi nomor karcis kita diundi dan yang beruntung mendapatkan hadiah.
Saat kami kesini, kami juga sempat melihat pameran lukisan karya Li Zijian di Fo Guan Shan Art Galery. Lukisannya keren banget, "hidup", seperti foto.

Doggy Shop
Kami tidak sengaja mampir disini saat perjalanan ke E-DA WORLD, toko doggy ini kecil tapi punya website, keren juga!
Orang Taiwan sangat suka anjing, terutama anjing kecil. Di daerah pusat pembelanjaan di Taiwan saya sering menjumpai penduduk lokal yang sedang membawa anjing kecilnya jalan-jalan.
Saat kami berkunjung ke doggy shop ini, anjing-anjing disini sibuk mencari perhatian kami, seakan minta segera dijadikan binatang peliharaan kami..

E-DA WORLD
Sebelum balik ke Zouying Station, acara terakhir kami adalah mampir ke E-DA WORLD, shopping area sekaligus themepark dan hotel (Skylark dan Crown Plaza), dengan total area sekitar 90 ha.
Disini kami hanya sempat makan dan sedikit melihat-lihat area pertokoan....barang-barangnya banyak yang merek luar.... Untuk shopping produk-produk Taiwan terutama produk fashion, memang belum ada yang mengalahkan Ximending yang berlokasi di Taipei.

Kami balik ke Taipei menggunakan THSR yang jam setengah 8 malam dan tiba di Taipei Main Station jam sembilan malam, lalu menyambung naik MRT balik ke hotel Cityinn di Ximending. Saat keluar station, suasana meriah bercampur dinginnya angin malam di Ximending masih menyambut kami tapi kami langsung masuk kamar saja karena sudah puas keliling di hari-hari sebelumnya dan esok harinya harus balik ke Singapore.


Oleh, Kumala Sukasari Budiyanto

Rabu, 30 Oktober 2013

My Trip to Bangkok and Khao Yai


Kring... telepon tidak kuangkat.
kring... ke 2x, telepon juga tidak kuangkat.
kring...3x, kring 4x...,kring 5x.... akhirnya aku angkat juga teleponnya.
Akibat seringnya telepon dari marketing yang menawarkan kartu kredit dan investasi kagak jelas, saya jadi malas angkat telepon tak dikenal, tapi karena telepon sampai 5x dan saat itu sudah hampir jam 6 sore (biasanya telepon penawaran aneh-aneh sudah tidak ada) dan baru ingat hari itu pengundian hadiah Gramedia, akhirnya feeling saya bilang untuk angkat teleponnya...

"Mba, tadi pengundian jalan-jalan Bangkok-Khao Yai dari pembelian buku Bangkok-Pattaya karangan mas Awan, mba salah satu pemenangnya," kata mba Fera dari penerbit Elex Media-Gramedia.
Untung feeling tepat, telepon diangkat...coba kalau tidak... nangis.com

Benar-benar tidak menyangka bisa menang lagi, ini untuk kedua kalinya saya menang free trip ke Thai yang disponsori oleh Tourism Autority of Thailand (TAT).

Hari berikutnya mas Awan telpon untuk memastikan tanggal trip, 25-28 Oktober 2013. Kali ini saya angkat walau nomor tidak dikenal (lagi feeling mau angkat telepon) tapi teleponnya putus berkali-kali karena sinyal kagak bagus.

Pada trip ini, kami berangkat ber-9 dari Jakarta menuju Bangkok dan Khao Yai, terdiri dari 2 pemenang dari survey Majalah Jalan Jalan (mba Prima dan mba Shafira), 1 pemenang dari radio Lite-FM (mba Kiki), 2 pemenang dari Gramedia (mas Budi dan saya), penulis buku mas Awan, mba Sari-editor Majalah Jalan Jalan, mba Clara-LiteFM dan mba Valen-TAT Jakarta.
Setelah tiba di Bangkok, kami ditemani oleh Khun Tin*, tour gude kami dan tentunya Mr. Nittee, Direktur TAT Jakarta yang juga banyak menemani kami selama kunjungan ke Bangkok dan Khao Yai.
(* Khun adalah panggilan hormat dalam bahasa Thai kepada orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan)

BANGKOK

Berikut adalah cerita saya tentang Bangkok selama trip kali ini dan cerita saya tentang Bangkok pada trip sebelumnya dapat dibaca di artikel blog saya yang berjudul "Bangkok in My Eyes"

Madame Tussaud
Di Madame Tussaud, saya berfoto-foto lagi dengan patung-patung lilin, ada yg sama dengan foto saat bulan lalu saya kesana tapi tentunya dengan gaya yang berbeda.
Patung-patung disana sebagian tetap dan sebagian berpindah-pindah ke Madame Tussaud di negara lainnya. Hari ini patung pangeran William dan Kate tidak ada disini, pindah ke tempat lain....untung bulan lalu saya sudah berfoto dengan patung mereka.

Siam Ocean World
Lokasi tidak seluas dan selengkap SEA Aquarium di Singapore, tapi cukup menyenangkan. Kami mencoba naik glass boat untuk melihat ikan-ikan dari atas (kita juga bisa melihat ikan-ikan dari bawah melewati terowongan kaca aquarium seperti di SEA) dan nonton 5D....bangkunya bisa bergerak-gerak sedikit dan tempat duduknya mengeluarkan "tonjokan-tonjokan" kecil dan kita juga "disemprot" oleh angin dari depan dan juga sandaran kepala di bangku. Cukup membuat saya berpegangan kursi tapi tidak sampai membuat saya menutup mata karena ketakutan he...he...

Acara hari pertama ditutup dengan berjalan-jalan di jalan depan hotel kami menginap. Kami menginap di hotel Arnoma (seberang Central World) kamar saya nomor 2202 (dalam bahasa Thai dibaca song song sun song), saat malam di depan jalan hotel, jalan Ratchadamri, ada pasar malam. Beberapa pedagangnya langsung mendemonstrasikan pembuatan tas dan dompet-dompet, dengan kondisi bergelar di tanah saja.
Namun pasar malam ini tidak selalu ada. Jika ada ramalan akan hujan maka para pedagang tidak berdagang.
Big C
Disamping hotel Arnoma juga ada mall yang tidak terlalu besar tapi namanya Big, tepatnya Big C. Barang-barang disana lumayan lengkap termasuk ada supermarket yang menjual makanan kering, beras warna warni, telur warna warni dan barang-barang lainnya layaknya supermarket.

Grand Palace
Untuk ketiga kalinya saya mengunjungi Grand Palace, tidak ada yang berbeda dari tempat ini dengan kunjungan-kunjungan saya sebelumnya, hanya bedanya kali ini pergi dengan teman-teman baru dan menjepret-jepret kamera ke arah sisi yang berbeda.
Di Grand Palace ada miniatur Angkor Wat (foto kiri atas)...sudut ini baru terekam di kamera saya setelah tiga kali kesini. Konon katanya Raja membangun ini agar rakyatnya mencoba mempelajari seni dari negara lain.
Patung campuran kera dan manusia yang tampaknya melambangkan raksaksa, seperti gambar pada cover bukunya mas Awan, juga baru kali ini terekam oleh kamera saya..... Ternyata banyak area Grand Palace yang bisa dieksplorasi!
Selama di Grand Palace, kami banyak bertemu dengan turis dari China, tampaknya sekarang penduduk China sudah mulai gemar travelling karena saya juga banyak bertemu turis China di tempat-tempat wisata selama trip saya beberapa tahun ini.

Wat Pho
Patung Budha tidur disini sangat panjang, 43 meter dan berlapis emas. Pengunjung yang masuk disediakan tas kain untuk menaruh alas kaki dan tas tersebut dibawa masing-masing selama di dalam area Budha tidur.
Tiket masuknya seharga 100 bath dan sudah termasuk gratis 1 botol air mineral kecil yang dapat diambil di area pintu keluar.
Sebelumnya disini ada sekolah thai massage, tapi sekarang sudah tidak ada lagi.

Ananta Samakhon Palace
Untuk kedua kalinya saya mengunjungi tempat ini, istana yang bergaya eropa banget. Saya paling suka dengan langit-langit nya, sangat artistik.
Saat ini, pembelian karcis dan sarung (disewakan bagi yang tidak mengenakan pakaian sesuai syarat yaitu wanita harus rok dibawah lutut dan pria harus menggunakan celana panjang) tidak di depan pintu masuk palace seperti tahun lalu tapi di bagian terpisah sehingga suasana lebih rapih.
Bagian dalam gedung tidak boleh di foto, jadi untuk koleksi gambar saya membeli beberapa postcard selain brosur yang ada menampilkan beberapa gambar.

Asiatique
Kali ini lokasi kunjungan aku fokuskan di area belakang, dekat bianglala (kalau bulan September lalu, aku fokuskan di area depan).
Di depan bianglala ada beberapa mahasiswa yang merayakan kelulusannya, mereka berfoto dengan toga uniknya seperti tampak pada foto diatas.
Belanja hemat memang susah-susah gampang, pada kunjungan kali ini saya menemukan baju dan souvenir murah disini tapi waktu bulan lalu kagak ketemu.... Prinsip saya belanja tidak boleh maksa, mengalir saja, kalau ketemu yang cocok atau unik dan harga murah untuk kualitas barang tersebut, barulah saya beli.


KHAO YAI

Khao=gunung, yai=besar.
Khao Yai terdiri dari 3 gunung besar dan di malam hari udaranya sedikit dingin. Oleh karena itu di wilayah ini bisa ditanami anggur untuk dibuat wine.
Kunjungan ke Khao Yai kali ini bagaikan field trip, saya jadi ingat tugas-tugas field trip saat kerja di BIA Inti Salim....di Khao Yai kami diajak mengunjungi peternakan sapi yang memproduksi susu milik keluarga Mr. Chok Chai, perkebunan sekaligus pabrik anggur Gran Monte, pertokoan Palio yang bergaya Italia dan menginap gaya cowboy di Thongsomboon.

Perjalanan dari Bangkok ke Khao Yai kami tempuh dengan menggunakan mobil selama kurang lebih 2.5 jam. Di tengah perjalanan, kami sempat beristirahat di tempat pengisian bensin. Tempat pengisian bensin di Thai dikelilingi toko-toko seperti 7 Eleven, bahkan katanya di area selatan Thai terdapat massage di tempat pengisian bensin.

Farm ChokChai
Tempatnya sangat luas dan ternyata sudah dibangun sejak lama, namun atraksi wisata edukasi yaitu Tour Farm Chok Chai (www.farmchokchai.com) dengan tiket masuk bath 300, tampaknya belum terlalu lama dan targetnya masih wisatawan lokal sehingga tour keliling lokasi masih disampaikan dalam bahasa Thai. Namun kami masih beruntung, setelah tour umum dalam bahasa Thai, kami ditemani oleh staf Farm Chok Chai yang bisa berbahasa inggris untuk melihat tempat lainnya di area Farm Chok Chai.
Disana ada ribuan sapi perah dan area perkebunan untuk makanan sapi termasuk kentang yang mereka jual di restaurant steak di lokasi peternakan.
Kami diajak berkeliling perkebunan dan peternakan sapi. Pengunjung juga bisa mencoba memerah sapi dan beberapa dari kami mencobanya.
Kami sempat makan steak disana dan rasanya cukup enak dan tak lupa ber-wifi ria karena wifi disini bagus sinyalnya.
Farm Chok Chai juga membuka penginapan bergaya camping tapi dengan tempat tidur layaknya hotel, sedangkan kamar mandinya diluar kamar dan dibangun unik karena menghadap ke pepohonan terbuka.

Gran Monte Vineyard
Perkebunan ini luas sekali sampai 60 ha yang terletak di Asoke Village, mereka menanam anggur merah dan hijau. Saat kami datang buahnya belum berbuah, sekitar November baru nampak dan mereka melakukan panen di bulan Januari sampai Maret.
Anak pemilik perkebunan ini, Ms Nikki Lohitnavy, ahli membuat anggur. Saat disana, selain diajak keliling perkebunan dan melihat lokasi pabrik pembuatan wine, kami juga diberi kesempatan mencoba wine buatan Gran Monte....empat macam, jadi saya minumnya sedikit saja.
Selain wine, Gran Monte juga memproduksi beberapa produk seperti selai (saya paling suka selai red wine) dan jus anggur.
Di perkebunan ini juga terdapat guest house, kita bisa menginap di tengah perkebunan anggur. Info dapat dilihat di www.granmonteguesthouse.com

Palio
Kompleks pertokoan dengan desain seperti masuk di "gang-gang" perumahan bergaya Italia. Barang-barang yang dijual beragam, namun menurut saya tempat ini lebih sebagai tempat hang out sambil belanja bukan tempat berburu belanjaan.

Thongsomboon
Kami menginap di penginapan yang bergaya cowboy yang dimiliki oleh 8 orang kakak beradik.
Selama menginap disini kami banyak ditemani oleh Mr. & Mrs. Alif, salah satu pemilik Thongsomboon.
Areanya luas sekali 85 ha, terdiri dari penginapan dan adventure activities layaknya taman bermain yaitu doughnut, horse riding, flying fox, rodeo, skylift, go-kart, dan setiap weekend ada steam engine locomotive. Thongsomboon juga dikelilingi area padang rumput yang luas. Menurut pemiliknya lahan rumput tersebut sering digunakan untuk shooting film.
Thongsomboon terletak di Pakchong Village yang mana penduduknya cowboy maniak.

Bentuk kamar di Thongsomboon seperti kereta kuda dan wagon yang cowboy banget....Kamar-kamar tersebut berjejer menghadap ke taman.
Di malam hari kami juga sempat menonton acara Cowboy Show disini.

Bagi turis asing, Thongsomboon adalah sesuatu yang baru, namun ternyata tempat ini sudah mulai dibangun sejak 30 tahun yang lalu. Tampaknya tempat ini adalah salah satu pilihan penduduk Bangkok mengisi weekend dan mengisi liburan akhir tahun (ibaratnya orang Jakarta yang suka liburan di Puncak).


Outlet Mall
Dalam perjalanan pulang ke Bangkok, kami mampir di Outlet Mall untuk makan siang dan sedikit melihat toko-toko disana yang menjual barang-barang bermerek dengan harga promo seperti adidas, hush puppies, clark dan lainnya.

Kami pulang ke Jakarta juga menggunakan pesawat Airasia, sama seperti saat berangkat. Airasia beroperasi di bandara Don Muang. Selain Airasia, yang beroperasi disana adalah penerbangan domestik seperti Nok Air. Area keberangkatan sudah lebih rapih, lantai karpet dan banyak toko-toko tapi kalau area kedatangan masih biasa tapi bagusnya imigrasi sepi sekali karena penerbangan internationalnya sedikit sekali yaitu hanya Airasia, tapi dengar-dengar Citilink dan Lion akan segera ada penerbangan ke Bangkok dan beroperasi di Don Muang.

Pesawat kami mendarat di Jakarta jam 00.25, lalu proses imigrasi dan pengambilan bagasi kami baru selesai pada jam 1 an pagi, akhirnya saya putuskan untuk tetap di bandara sampai menjelang jam 5 pagi.
Kami ber-4, mas Awan, Budi, mba Sari dan saya makan bakmi GM dulu.....first time in my life, makan bakmi di jam 1-2 pagi. Setelah makan, mas Awan dan Budi pulang sedangkan mba Sari dan saya nunggu sampai jam 04.15 bersama 2 mba yang kami kenal di bakmi GM. Kami menunggu di lantai 1, duduk di sofa dekat Keris Galery.
Di Terminal 3 ada restaurant yang buka 24 jam yaitu Bakmi GM, Hiraku dan Bim Burger. Keris Galery juga buka 24 jam.
Suasana di Terminal 3 dini hari, boleh dibilang tidak pernah sepi, hanya jam 2 sampai 3 pagi yang paling sepi namun di ruang tunggu masih ada sekitar 20-30 orang yang umumnya mereka menunggu penerbangan lanjutan. Nah, setelah jam 3 pagi mulai ramai lagi karena jam 4 pagi sudah ada penerbangan pertama Lion ke Bali.

End of our sweet free trip to Bangkok and Khao Yai

Terima kasih kepada Thai Tourism (http://id.tourismthailand.org/home/) yang telah mensponsori acara ini, mas Awan (www.travelawan.com) yang mencetuskan acara ini dan juga Gramedia yang telah mengadakan undian.

Oleh Kumala Sukasari Budiyanto