Jumat, 14 Maret 2014

Jalan-jalan ke Negeri Kangaroo


Setelah 11 bulan memesan tiket pesawat, akhirnya saat yang dinantikan untuk bertemu kangaroo datang juga...
Hari ke 5 sincia, kami memulai perjalanan ke Australia, negara dimana kangaroo berada.
Kami memilih kota Perth dan kota-kota kecil di sekitarnya, ditambah transit 1 malam di Bali.

Saat kami berangkat, Jakarta kembali didatangi banjir, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya dimana setelah sincia biasanya tidak ada banjir. Perjalanan kami ke bandara disambut macet akibat banjir di beberapa lokasi, kami memerlukan waktu 1 jam ke bandara, tidak seperti biasanya yang hanya butuh 30 menit jika ke bandara di pagi hari.

Rute pesawat kami adalah Jakarta-Bali (4 Feb 2014), Bali-Perth pp (5-10 Feb 2014) dengan pesawat Airasia dan Bali-Jakarta (10 Feb 2014) dengan pesawat Garuda. Total harga tiket pesawat tidak sampai Rp 3 juta, cukup murah, tapi belinya hampir setahun sebelum keberangkatan...bagaikan menaruh deposito dengan jangka waktu 1 tahun.


Mengurus Visa
Dua bulan sebelum hari keberangkatan, saya datang ke travel agen untuk mengurus visa dan dikatakan sebulan lagi saja. Sayapun menuruti sampai saat sebulan sebelum keberangkatan saya baru sadar kalau saya harus ke Singapore dan paspor saya perlukan untuk kesana sehingga tidak bisa dipegang oleh travel agen selama proses aplikasi. Saya cepat-cepat putar otak dan teringat satu hal yang pernah saya baca bahwa jika apply langsung di VFS yang berlokasi di Plaza Asia Sudirman, maka paspor asli hanya diperlihatkan untuk melegalisir copy-nya.
Aplikasi visa Australia bukan di kedutaan tapi di VFS, perusahaan jasa aplikasi visa yang ditunjuk oleh kedutaan Australia.
Saya langsung mengambil keputusan mengurus sendiri saja walau sedikit kuatir karena baru pertama kali mengurus visa sendiri. Kekuatiran ditolakpun ada walau saya pernah mendapat visa bisnis Australia...saya juga kuatir bagaimana jika visa saya diterima tapi visa adik saya ditolak, tidak seru jalan-jalan sendirian...ahh berandai-andai pesimis sampai tidak berani mem-final-kan itinerary perjalanan.
Belum lagi terbayang uang biaya pembuatan visa yang lumayan mahal Rp 1.56 juta/orang yang akan hangus jika visa ditolak.

Saya datang ke VFS tanggal 27 Des 2013, saya berharap sepi karena hari itu adalah hari "terjepit"...dan benar saja sepi hanya antri 4 orang. Proses aplikasi ternyata mudah asalkan kita sudah menyiapkan semua syarat yang diminta (bisa dilihat di www​.vfs-au-id.com). Lamanya proses visa turis disebutkan 15 hari kerja tapi ternyata proses lebih cepat, hanya 4 hari kerja saya sudah menerima email ...dan hasilnya...visa saya dan adik saya granted dan bahkan kami diberikan visa multiple 3 tahun ... Ahh senangnya...next trip bisa ke kota-kota lainnya di Australia tanpa repot mengurus visa, bahkan kalau saya mau ke Taiwan lagi juga bisa tanpa visa.
Visa Australia sekarang tanpa label, jadi cukup membawa paspor kita saja dan paspor kita sudah secara elektronik tercatat disana. Print out email dari kedutaan juga tidak perlu ditunjukkan tapi sebaiknya kita bawa jika sewaktu-waktu diperlukan.


Transit di Bali
Semalam di Bali, kami gunakan untuk berleyeh-leyeh di pantai kuta area belakang Mall Discovery, dekat hotel dimana kami menginap.
Kami menginap di Home@36 yang berlokasi di dalam Mall Discovery. Hotel ini sederhana dan harga tidak mahal untuk ukuran hotel yang terletak persis di belakang pantai kuta.
Kami sibuk mencari spot foto tapi sayang sunset hari itu sedang kurang ok...tapi hasil fotonya masih bagus-bagus... Bali memang cantik!
Ada satu pemandangan yang tak biasa selama saya ke Bali. Kali ini banyak turis dari China, mungkin sedang liburan tahun baru disana jadi banyak yang jalan-jalan.
Sayapun dikira turis China oleh pramuniaga di Mall Discovery dan lebih antik, adik saya dikira tour guide mereka oleh si mba pramuniaga ha…ha…
Dan saat di bandara menuju Perth, sayapun baru sadar ternyata ada beberapa direct flight dari China ke Bali, seperti Garuda dengan rute Shanghai-Bali, Sriwijaya dengan rute Nanjing-Bali dan China Southern dengan rute HongKong-Bali.


Start Journey to Perth & around...

Kami memilih 4 kota untuk dikunjungi pada trip kali ini yaitu Perth, Fremantle, Cervantes (dekat dengan Pinnacles Dessert) dan Lancellin.

Benua Australia besar sekali tapi ditengahnya gurun yang tidak layak untuk jadi tempat tinggal. Selama di pesawat yang saya lihat daratan penuh warna coklat kemerahan sampai 15 menit sebelum mendarat baru muncul warna kehijauan....sepertinya pilot memilih jalan diatas tanah merah daripada diatas samudra...

Kota Perth adalah salah satu kota metropolitan di Australia dan merupakan bagian dari wilayah West Australia yang memiliki jam waktu sama dengan Indonesia bagian tengah.

Kesan pertama dimulai saat check in pesawat di Denpasar Airport yang terminal internasionalnya sudah keren...bule-bule yang satu pesawat dengan kami tampak tenang dan santai...suka antri seperti Singaporean tapi ditambah dengan muka-muka yang penuh kesabaran...
Logatnya British banget dan wajahnya juga wajah British.

Penjelajahan kami dimulai saat mendarat di Terminal 1 Perth Airport yang merupakan terminal internasional, lalu kami melalui pintu imigrasi dan dari jauh sudah disapa petugas "Singaporean?", jawab saya "no", "Malaysia" tanyanya lagi, "no, Indonesia" jawab saya, "go to this side" jawab petugas yang sudah opa ini... (hi…hi... kalau di luar negeri, sudah sering dikira Singaporean nih kecuali oleh orang Singapore nya sendiri he...he...).
Kami antri untuk verifikasi visa. Kembali bertemu petugas yang sudah opa dan dengan cepatnya dia "menerawang" paspor kami dan langsung di cap.
Ada yang antik di loket imigrasi Perth ini, pertama boleh antri bergerombol kalau dalam satu keluarga, kedua melihat paspornya diangkat seperti diterawang, saya tidak tahu diapakan...
Sedangkan untuk warga Australia, mereka sudah menggunakan automatic gate.

Setelah melewati imigrasi dan mengambil bagasi, kami menuju Terminal 3 menggunakan Connect Inter Terminal Bus tanpa dipungut biaya. Jarak Terminal 1 dan 3 jauh, sekitar 10 menit naik bus. Setibanya kami di terminal 3 kami naik mobil Airport Connect dengan biaya A$15 per orang dan mobil ini akan berhenti di beberapa tempat di pusat kota sesuai rute yang sudah ditetapkan. Namun jadwal kedatangan mobil tidak tepat sesuai jadwal yang tertera di website www.perthairportconnect.com.au (saat pulang mobil juga tidak datang sesuai jadwal).
Kami berhenti di samping Kings Hotel (persimpangan Pier Street dan Hay Street) yang letaknya tidak jauh dari Criterion Hotel, tempat kami menginap).

Hotel Criterion termasuk heritage building yang sudah direnovasi di tahun 1996...sudah lama juga renovasinya...hotelnya lumayan ok, tidak menyeramkan walau statusnya heritage building...harga cukup murah jika dibandingkan hotel lainnya (harga hotel di Perth rata-rata sama dengan di Singapore) dan memiliki nilai plus di lokasi yang strategis karena dekat sekali dengan London Court, pusat pertokoan Hay Street dan Murray Street, halte Cat bus diseberang hotel dan pemberhentian airport shuttle tidak sampai 100 m dari hotel ini.

Kota Perth tertata rapih sekali, areanya luas banget, bebas macet...dan daerah diluar pusat kota kesannya cenderung sepi. Di banding kota Melbourne yang saya kunjungi sekitar 10 tahun lalu, kurang lebih sama tingkat keramaiannya.

Warga kota ini tidak tergila-gila dengan smarthphone, tidak ada pemandangan orang sibuk main smarthphone apalagi jalan sambil memakai smartphone. Kalau jalan berbarengan, rata-rata mereka sambil ngobrol...tidak seperti di Jakarta, sudah makan satu meja saja, masih sibuk dengan smartphone masing-masing.
Mereka juga tampak hobi membaca, kalau sedang menunggu banyak yang membaca buku.

Aktivitas kantor pos juga tampak masih sangat aktif, kotak pos mudah ditemui di sekitar kota. Pos tidak hanya melayani surat tapi juga pengiriman barang dan lainnya.
Pos di Western Australia ternyata awalnya dibuka di kota Fremantle, bukan Perth.

Transportasi di dalam kota
Perth maupun Fremantle tersedia bus gratis keliling seputar kota setiap hari (kecuali Christmas, Good Friday & Anzac Day), namanya Cat (Central Area Transit) Bus.
Di Perth ada 4 zona Cat Bus, red, blue, yellow dan mulai tahun lalu ada tambahan 1 zona baru yaitu zona green yang hanya beroperasi weekday. Hotel kami letaknya diseberang Cat Bus Red-Townhall station.
Jika diluar area ini bisa menggunakan bus Transpert yang dikenakan biaya.
Kami banyak menggunakan bus gratis Cat Bus, jadi membayar visa yang cukup mahal sudah terbayar dengan naik bus gratis dan diberikan visa multiple 3 tahun.
Yang unik dan layak di contoh dari bus-bus disini adalah bus bisa dimiringkan sehingga orang yang tidak bisa melangkah naik bus atau yang pakai kursi roda bisa naik ke bus dengan mudah.
Pelayanan kereta Transpert, juga memberikan kesan pelayanan yang baik...orang buta bisa naik kereta sendiri dan hebatnya saat di station ketibaan petugas sudah menjemputnya di depan pintu kereta...sepertinya petugas saat keberangkatan berkomunikasi dengan petugas di station tujuan. Satu lagi yang unik, sepeda boleh naik ke dalam kereta Transpert, jadi warga bisa mengkombinasikan transportasinya dengan mudah.

Makanan
Rata-rata harga seporsinya senilai dua kali makanan sejenis di mal-mal Jakarta, tapi yah itu porsinya juga dua kalinya, jadi saya menyiasatinya beli ukuran satu untuk dimakan berdua.
Harga McD paket Mac Chicken A$ 10, kweitiau goreng A$ 9, fish and chip A$ 11-15.
Di supermarket, saya melihat Indomie dijual seharga 89 cen per bungkusnya, dibanding harga di Indonesia jadi berbeda jauh tapi disana sudah termasuk murah meriah dibanding makanan lainnya.
Selama disini kami lebih makan pagi di hotel memilih yang paling murah A$5 dua helai roti + selai/mentega + kopi/jus, makan siang di sekitar tempat wisata yang kami kunjungi, lalu makan malam di restaurant asia yang berada disamping hotel.
Disebelah hotel ada supermarket dan kami membeli snack dan air mineral disini. Harga air mineral disini 1.5 liter A$ 3 (jika beli di tempat wisata atau restaurant dengan harga itu hanya dapat ukuran botol kecil)...sebenarnya air keran di Australia bisa diminum (jangan ambil dari keran yang air panas tapi  dari keran air suhu normal), saya coba minum air keran yang disediakan di museum airnya ok tapi saat mencoba minum dari air keran hotel dan dimasak kurang enak rasanya jadi terpaksa beli air mineral.

Gaya Fashion
Suasana summer dipenuhi warga yang berkacamata hitam. Hampir semua orang memakainya bagaikan memakai seragam. Sedangkan topi juga banyak yang menggunakan, tapi tidak sebanyak si kacamata hitam.
Jadi selama summer disini, kita bebas bergaya dengan kacamata hitam dan topi tanpa ragu terlihat aneh.

Barang Fashion dan Souvenir
Disini banyak barang-barang buatan China, mulai dari baju, sepatu, asesoris dan souvenir.
Beberapa toko bahkan khusus menjual suatu merek produk yang merupakan buatan China dengan desain Australia.

Arsitektur
Bangunan tua dengan desain cantik ala Eropa masih bertebaran dimana-mana dan bahkan masih digunakan sebagai hotel, gedung pemerintahan, rumah sakit, gereja, museum dan lainnya.

Tempat Ibadah
Hari minggu pagi yang sepi kami gunakan untuk ke Wesley Church mengikuti ibadah jam 10am.
Berlokasi di 75 William Street (di ujung jalan William Street yang bersilangan dengan Hay Street) dan merupakan satu dari bangunan gereja tertua abad ke 19, tepatnya berdiri tahun 1870.
Kebaktiannya bergaya klasik dan khobah minggu itu disampaikan oleh Rev David McAndrew... Ada satu hal yang berkesan yaitu ilustrasinya tentang bagaimana kita harus menjadi terang dunia. Lilin yang menyala yang biasanya dijadikan simbol bahwa orang Kristen harus menjadi terang dunia, ditutup mangkok (beliau mendemokannya di depan mimbar) untuk mengilustrasikan orang Kristen yang menutup dirinya tidak mau "menerangi" sekitarnya, takut terkena "angin" dan lainnya...akibatnya lilinnya mati, artinya terang yang miliki juga ikut menghilang.


Apa saja tempat wisata yang kami kunjungi?
Berikut ceritanya...


PERTH

Dua hari penuh saya alokasikan untuk keliling kota Perth. Kami menggunakan bus gratis Cat Bus untuk keliling kota dan mengunjungi beberapa tempat wisata ini.

Western Australian Museum
Perth Cultural Centre, James Street
Halte bus: Cat Bus blue, Museum station.
Tiket: gratis
Saya dulu sempat bingung, kenapa yah orang Australia yang benuanya ada di selatan bumi bisa bule-bule, mirip orang Eropa yang ada di utara bumi ini, sedangkan kita orang Asia yang ditengahnya beda sendiri, seolah-olah diapit bule... Tuhan aneh, pikir saya waktu itu.
Tapi ternyata sebenarnya yang pertama tinggal di Australia adalah bangsa Aborigin yang bermigrasi dari Southeast Asia 40.000-150.000 tahun yang lalu. Bangsa Eropa baru datang ke Australia di abad 16 diawali oleh kapal dagang Belanda, abad 17 kapal Perancis. Kemudian pada abad 18 bangsa Inggris datang ke Australia dan menguasainya.
Australia sampai saat ini ratunya adalah Ratu Inggris-Ratu Elizabeth karena negara ini termasuk negara persemakmuran Inggris.
Warga Australia dan bangunan-bangunan disini juga tampak british. Ahh...saya jadi ingin cepat-cepat dapat kesempatan jalan-jalan ke London, mau melihat tempat nenek moyangnya bule-bule Australia ini.
Di museum ini sedang ada pameran tentang suku Aborigin yang merupakan suku yang pertama kali tinggal di benua ini.
Pertanyaan saya yang masih belum terjawab sepenuhnya adalah "dimanakah mereka sekarang?"
Dari pameran itu terlihat foto-foto dimana mereka sudah banyak yang berasimilasi dengan pendatang (ada perbandingan foto generasi terdahulu dengan sekarang), hanya di daerah dessert aja yang asimilasinya menurut saya kurang karena wajahnya masih kental.
Populasi suku ini saat ini sekitar 1.5% dari seluruh penduduk Australia.
Bicara dimana mereka, ternyata sebenarnya saya bertemu mereka saat naik bus menuju museum ini. Tadinya kami kira negro atau apa, rada seram wajahnya, kulitnya hitam legam... Halah, halah setelah melihat foto-foto di museum, mereka itulah suku Aborigin.
Di pameran "Katta Djonoong-First Peoples of WA" ditampilkan sejarah, budaya dari suku Aborigin ini.
Di museum yang berfokus mengoleksi sejarah alam dan sosial ini, juga menampilkan sejarah bumi ini, termasuk kerangka dinosorous.
Disini terdapat koleksi batu-batuan dan mineral bumi dari masa ke masa, koleksi patung binatang-binatang dari berbagai negara.

Swan Bell
Barack Square
Halte bus: Cat Bus BluE, Barack Square station
Tiket: A$15
Sebanyak 12 bell dari 18 bell yang ada adalah bell asli dari London, yang pernah dipakai oleh gereja St Martin, Trafalgar, London.
Kami berkesempatan mencoba membunyikan bell ini...ternyata berat, padahal yang kami coba adalah bell yang ringan...bell utamanya pasti jauh lebih berat, petugas yang mendemonstrasikan yang sudah oma ini tampak mengeluarkan tenaga ekstra.
Interactive demo ini tidak setiap hari, hanya ada di hari Rabu dan Jumat, 11.30am-12.30pm.
Lalu kami menuju lantai 6 dimana terdapat open air deck yang biasanya suka digunakan untuk pemberkatan nikah. Dari tempat ini sekeliling kota tampak jelas dilihat.
Saat kami pulang, kami melihat ada deretan gembok di depan pintu Swan Bell ini, ternyata disini juga tempatnya gembok-gembok cinta tapi bedanya gemboknya semuanya seragam...saya baca di brosur ternyata bisa pesan gemboknya untuk dituliskan nama.

Perth Mint
310 Hay St, East Perth WA 6004, Australia
Halte Bus: Cat Bus Red, Perth Mint station
Tiket: A$ 5, ini harga khusus karena saat kami datang sebagian tempat sedang direnovasi termasuk tempat pameran koin emas raksaksa seberat 1 ton, emas batangan besar seharga $700,000.
Disini kami hanya melihat demo peleburan emas menjadi emas batangan 6 kg (huiihhh, muahall kalo dibeli....) dan heritage talk tentang sejarah Perth Mint.
Bangunan Perth Mint tampak berkelas bergaya eropa, konon dibangun selama 3 tahun dengan beberapa material yang diiimpor dari Italia dan arsiteknya bernama George Temple-Poole.
Selama abad 19, sebanyak 3 cabang Royal Mint of London didirikan di Australia yang merupakan negara koloni Inggris yang ternyata menyimpan banyak sumber emas. The Sydney branch didirikan tahun 1855, the Melbourne branch didirikan tahun 1872 dan the Perth branch didirikan 20 June 1899. The Sydney Mint dan Melbourne Mint tidak lagi beroperasi sehingga The Perth Mint adalah mint tertua di Australia.
Di depan Perth Mint terdapat patung karya Greg James yang menggambarkan Arthur Bayley dan William Ford, dua orang prospector emas yang 120 tahun lalu menemukan lokasi emas di Fly Flat, Coolgardie (550 km di sebelah timur Perth).

London Court
Halte bus: Cat Bus Blue atau Red, Hay Street station
Kami mondar mandir ke tempat ini berkali-kali karena lokasinya sangat dekat dengan hotel dimana kami menginap.
London Court diresmikan tahun 1937 dan merupakan gang yang menghubungkan Hay Street dan St George Terrace Street, bangunannya bergaya Inggris dengan jam yang diimpor dari London.
Disekitar tempat ini, terdapat banyak pertokoan termasuk toserba besar Myer.
Namun, namanya Australia, toko-toko tutup jam 5 sore kecuali Jumat malam buka lebih malam...saya ingat simbol yang saya lihat didepan Melbourne University yaitu simbol triple eight "888" yang artinya 8 jam work, 8 jam leisure dan 8 jam sleep....mantap! Simbol ini juga ada di Trades Hall, Fremantle.

Kings Park
Fraser Avenue, West Pert
Halte bus: Cat Bus Red atau Green, Haverloc station (jika naik yang Green maka Kings Park ada diseberang halte, tapi jika naik yang Red kita harus jalan dulu sampai ujung jalan Haverlock).
Taman seluas 406 hektar ini merupakan taman kota terbesar di dunia dan dibuka sudah lama sekali, sejak tanggal 10 August 1895 dengan nama Perth Park dan pada tahun 1901 diganti namanya menjadi King's Park.
Taman ini memang luas sekali, kami hanya sanggup mengunjungi sebagian area, yaitu taman di sepanjang Swan River yang menampilkan pemandangan kota, sungai dan pohon.
Kami juga ke tugu memorial untuk mengenang para tentara Australia yang gugur perang. Nama mereka satu per satu ditulis disana.
Selama kami mengunjungi taman ini, kami banyak melihat keluarga-keluarga yang piknik, bersantai duduk di rumput sambil ngobrol dengan pasangan atau sambil mengajak anak-anaknya main...ada yang duduk menghadap Swan River, ada yang duduk dimana saya dimana ada pohon rindang.
Saat kami datang kondisi masih panas terik jadi suasana tidak mendukung kami untuk keliling-keliling sampai ke dalam seperti ke Botanic Garden.


ONE DAY TOUR - CAVERSHAM, CERVANTES, PINNACLES, LANCELIN

Kami memilih menggunakan tour untuk mengunjungi kota-kota kecil yang tidak terlalu jauh dari Perth, karena tidak ada transportasi umum kesana.
Tour dimulai mengunjungi Caversham yang berada di daerah Swan Valley, lalu ke Cerventes yang letaknya 200 km dari Perth untuk melihat Lobster Shack, lanjut ke Pinnacles, lalu ke Lancelin saat arah balik ke Perth.
Kami memilih Adam Tour www.australianpinnacletours.com.au yang merupakan tour pertama yang mengadakan tour ke Pinnacles dan sudah berpengalaman 30 tahunan.
Biaya tour cukup besar A$ 215 per orang tapi pantas untuk perjalanan yang jauh, total perjalanan bisa mencapai 600 km ditambah daerah yang dilewati adalah jalanan yang sepi dikelilingi padang rumput sehingga kualitas mobil harus baik, belum lagi atraksi petualangan dengan 4WD (mobil bis yang digunakan selama tour) di padang pasir Lancelin yang curam, memerlukan mobil yang prima dan driver yang canggih.
Tour guide kami namanya Mr Hans yang mantan tentara, jadi walaupun sudah berumur, masih tangkas mengendarai mobil termasuk atraksi di sand dunes, Lancelin dan mengurus segala sesuatunya selama tour sendirian, dapat di handle dengan baik.

Caversham
Disini kita bisa melihat dan beratraksi langsung dengan binatang-binatang khas Australia, yaitu kangoroo, koala dan wombat.
Kamipun berfoto dan memberi makan kangaroo. Disini terdapat dua macam kangoroo yang warna grey dan white. Saya sepuluh tahun lalu saat ke Melbourne, pernah melihat yang red kangaroo.
Berat badan kangoroo dewasa 66 kg yang jantan dan 32 kg yg betina. Yang betina sering bergerombol sedangkan yang jantan tidak.
Proses pertumbuhan kangoroo unik, mereka lebih lama tinggal di kantung ibunya daripada di rahim ibunya. Di dalam rahim hanya 1 bulan dan lahir dalam keadaan buta, lalu mereka tinggal di kantung ibunya selama 36 minggu dan setelah itu lebih sering keluar masuk dari kantung ibunya sampai benar-benar mandiri setelah umur 50 minggu.
Para kangoroo ini cepat dekat dengan adik saya terutama kangoroo yang putih, mungkin karena dia memang sering dekat-dekat dengan binatang jadi auranya beda, tapi bisa juga karena dia pakai baju putih jadi dikira kangoroo juga he…he…
Dan saat mau meninggalkan kandang, adik saya dideketin kangoroo grey jantan sampai kangoroo nya berdiri...jangan-jangan dikira kangoroo putih betina he...he...

Lalu kami diajak bertemu dengan koala-koala yang hobby tidur.
Saat kami datang, ada satu koala yang lagi "bergadang", jadilah kali ini saya berhasil melihat koala yang lagi "melek".
Baby koala lahir dengan ukuran kecil sekali hanya 19mm dan juga tinggal di kantung ibunya 5-6 bulan, lalu 3-4 bulan di pundak ibunya sambil ikut berjalan-jalan dari pohon ke pohon dan jika sedang istirahat anak koala digendong di lengan ibunya. Setelah 12 bulan anak koala baru mandiri.
Kami juga berfoto dengan wombat, tapi kami hanya boleh berfoto disamping petugas yang menggendong anak wombat...tidak bisa gendong sendiri. Wombat beratnya 25-40 kg dan yang berfoto bersama kami ini wombat kecil yang beratnya 25 kg.

Cervantes
Ini adalah kota pelabuhan yang kecil dengan penduduk 600 orang yang terletak 245 km dari Perth dan merupakan gerbang ke Pinnacles.
Cervantes terletak di pinggir benua sehingga samudra hindia terlihat jelas dari sini.
Nama kota ini dinamakan oleh bangsa Spanyol yang dulu pernah menguasai daerah ini sebelum menjadi koloni Inggris.
Saat perjalanan ke Cervantes kami diperlihatkan kincir-kincir angin yang dijadikan sumber tenaga listrik. Angin di lokasi itu memang cukup besar sehingga bisa dimanfaatkan sebagai sumber tenaga.
Di kota Cervantes, kami diajak mengunjungi Lobster Shak dan beberapa orang mencoba makan lobster juga disini.
Lobster-lobster disini ditangkap dari Samudra Hindia dalam keadaan hidup, kemudian dipelihara di tempat penampungan sampai ada pembeli. Lobster ini ternyata di ekspor dalam keadaan hidup dan lobster dapat bertahan hidup 30 jam di tempat penyimpanan khusus yang mereka siapkan saat pengiriman, umumnya diekspor via Perth Airport.

Pinnacles
Terletak tidak jauh dari kota kecil Cervantes dan merupakan bagian dari Namburg National Park.
Pinnacles baru ditemukan pada tahun 1960 dan menarik banyak pengunjung.
Disini terdapat banyak batuan-batuan unik yang terbentuk secara alami yang diperkirakan terjadi ribuan tahun yang lalu. Sebelumnya merupakan seashells yang patah dan jatuh ke atas pasir, lalu terbentuk oleh air dan angin.
Disini bagus buat foto tapi anginnya cukup kencang di beberapa lokasi sehingga banyak pasir yang beterbangan cukup kencang...pasir disini warna coklat kemerahan, antik.

Lancelin
Lancelin juga kota kecil yang terletak 127 km dari Perth. Sebelum tahun 1953, kota ini bernama "Wangaree", yang dalam bahasa Aboriginal artinya ikan.
Kota ini juga terletak di pinggir Samudra Hindia seperti kota kecil Cervantes.
Disini ada pantai yang di depannya berjejer kapal laut, sepertinya kapal tentara...dan yang unik adalah sand dunes, gunung-gunung pasir bagaikan gurun sahara tapi berwarna putih susu... Disini angin super kencang, pasir beterbangan dimana-mana terutama jika kita berdiri dekat tumpukan pasir yang besar.
Disini kita diajak sedikit adventure dimana mobil sejenis bus yang kami tumpangi naik turun tumpukan pasir yang curam...seru tapi sedikit ngeri.
Lalu kita juga bisa mencoba sand boarding, tapi kami tidak mencobanya, seram lihat curamnya tumpukan pasir yang digunakan untuk sand boarding.

Inilah acara terakhir tour ini, kami kembali ke Perth selama 1.5 jam dan sampai Perth jam 7.30 malam dan langit masih terang...menjelang pukul 8 malam barulah langit gelap.


FREMANTLE

Kami jalan-jalan di kota Fremantle dari pagi sampai sore. Kami pulang dan pergi Perth-Fremantle menggunakan kereta Transpert. Station kereta di Perth berlokasi di station Cat Bus blue no 13 Horseshoe Bridge station. Perjalanan dengan kereta dari Perth ke Fremantle tidak sampai 30 menit.
Kami mengelilingi Fremantle, mengunakan Tram. Ini bukan Tram sesungguhnya tapi Tram yang sudah dimodifikasi menjadi mobil untuk keperluan tour.
Tram pernah beroperasi di Fremantle dari tahun 1905 sampai 1952.
Harga tour nya A$ 25 dan saya mendapat diskon A$ 5 karena mendapat potongan dari brosur Hello Perth.
Kami naik Tram dari Fremantle Train station (halte tram sama dengan halte Cat Bus yang di depan station sebelah kanan). Rute Tram ini adalah Prison, Esplanate Hotel, Fishing Boat Harbour (Round House, Seafood Restaurant), Town Hall, Victoria Quay (Museum Maritime, E Shed Market).
Sebenarnya mengelilingi kota ini juga tersedia bus gratis Cat Bus, tapi karena saya mau dengar cerita dari guide di Tram Tour ini serta lokasi pemberhentian Tram tepat di tempat tujuan wisatanya, maka saya memilih membayar ikut Tram Tour ini.

Fremantle Prison
Kami membeli tiket masuk dan tour seharga A$ 19.
Kami mengikuti tur keliling penjara ini selama satu jam, dimulai dari tempat awal menerima tahanan sampai ruang-ruang kamar tahanan...dan ke tempat penggantungan tahanan hukuman mati, disini pernah dieksekusi hukum gantung 43 narapidana pria dan 1 narapidana wanita.
Penjara ini dibangun pada tahun 1852-1860 dan digunakan sampai tahun 1991 setelah sempat terjadi kerusuhan di dalam penjara pada tahun 1988 yang merusak sebagian bangunan penjara.
Penjara ini dibangun untuk menampung tahanan-tahanan dari Inggris yang dialokasikan ke Western Australia dengan tujuan untuk kerja membangun prasarana-prasarana di daeah koloni barunya ini.
Saat ini, bekas penjara ini dijadikan atraksi bagi turis yang berkunjung ke Fremantle.

Round House
Ini adalah bangunan tertua di Western Australia, dibangun pada tahun 1830-1831.
Awalnya bangunan bundar dengan delapan sel/kamar yang dibuat oleh insinyur HW Reveley, digunakan sebagai penjara, kemudian menjadi penjara bagi narapidana Aborigin pada tahun 1865 sebelum mereka dipindahkan ke Rottest Island. Pada tahun 1866-1990 digunakan oleh pihak kepolisian untuk pengawasan. Kemudian sejak 1996 bagian tangga depan round house dipugar untuk ekspansi rel kereta api. Sebelum mengetahui ini, saat datang saya bingung karena posisi tangga agak aneh.

Tidak jauh dari Round House, terdapat deretan seafood restaurant, kami memilih makan di Cicerello yang terkenal dengan fish & chip-nya.

Town Hall
Dibangun dibangun pada tahun 1887 dan jam di town hall ini konon diimpor asli dari London.

Victoria Quay
Disini terdapat museum Maritime (www.museum.wa.gov.au) dengan koleksi kapal-kapal besar di dalamnya dan pelabuhan untuk penyeberangan ke Perth.

Cukup banyak tempat wisata yang telah kami kunjungi, tak terasa 5 malam sudah kami lewati...
Kami balik ke Jakarta dengan rute Perth-Bali-Jakarta dan saat di imigrasi Australia, data hanya di scan dan paspor tidak di stempel, beda dengan saat kedatangan dimana paspor distempel, namun jika membutuhkan stempel bisa diminta ke petugas di loket khusus.
Karena kami kuatir bermasalah saat tiba di Indonesia maka kami minta paspor kami di stempel.
Saat saya konfirmasi ke petugas imigrasi Indonesia saat tiba di Bali, menurut petugasnya harusnya ada stempel dan dia belum tahu juga jika ada aturan seperti itu. Tapi andai tidak ada stempel, menurut petugas ini tidak apa-apa juga.

Setelah transit 4 jam di Bali, kami terbang ke Jakarta naik pesawat Garuda. Dalam pesawat ini banyak turis dari China dan tampaknya saat itu mereka hanya transit di Jakarta karena saat mengambil bagasi dari 200 an penumpang pesawat ini, hanya 20 an orang saja yang antri bagasi dan para turis China langsung mengambil jalur transit.


Demikianlah kumpulan cerita perjalanan saya kali ini yang saya tulis langsung setiap malam setelah jalan-jalan, sebab setelah sore sudah tidak bisa kemana-mana...jam 5 umumnya dimana-mana tutup, jadi saya balik hotelnya cepat sekitar jam 6-7 sore kecuali saat one day tour sampai hotel hampir jam 8 malam.


Oleh Kumala Sukasari Budiyanto